Ilustrasi belanja online. (Foto: Shutterstock)

Firman juga menyarankan agar masyarakat memeriksa keaslian konten dengan menggunakan layanan yang tersedia di mesin pencarian.

“Biasanya untuk produk yang tidak bergerak itu kadang hasil gambarnya terlalu indah. Jadi, sejak awal patut dicurigai dan itu bisa dicek langsung misalnya pakai Google, itu bisa dicari dan biasanya bisa keluar asal atau gambar aslinya. Banyak aplikasi lain juga dicari saja sebagai alat detektor konten AI,” kata Firman.

Selain itu, berbelanja di aplikasi resmi seperti marketplace dan e-commerce yang memiliki penanggung jawab dapat menjadi pilihan yang lebih aman, karena apabila terjadi masalah, komplain dapat ditindaklanjuti oleh pihak yang bertanggung jawab.

“Dengan layanan yang memang ada penanggung jawabnya memang lebih baik, sehingga apabila ada produk yang tidak sesuai atau produk tidak sampai itu bisa dikomplain dan ditanggapi. Itu menjadi keunggulan dari marketplace karena ia bergerak sesuai aturan yang berlaku dari pemerintah,” katanya.

Meski demikian, jika memilih untuk berbelanja melalui media sosial, Firman menekankan pentingnya kejelian dalam memilih penjual yang dapat dipercaya.

Penjual yang memiliki banyak pengikut dan testimoni positif dari pelanggan merupakan ciri-ciri yang bisa dipertimbangkan agar terhindar dari penipuan.

“Jadi, walaupun berbelanja di media sosial, dengan melihat ciri-ciri itu masyarakat bisa tetap aman dari penipuan,” tuturnya.

BACA JUGA  Dompet Dhuafa Resmikan Program Penyediaan Hijauan Pakan Ternak di Gunungkidul

LEAVE A REPLY