Ilustrasi: Pedagang Ketupat di Jalan Sungai Baru Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yang dagangannya laris manis saat Lebaran. (Foto: Antara/Firman)

ZNEWS.ID JAKARTA – Baru saja umat Islam merayakan hari raya Idulfitri 1445 Hijriah. Di Tanah Air, Idulfitri identik dengan ketersediaan makanan dan minuman yang berlimpah ruah.

Hal itu dapat dipahami karena memang salah satu makna fitri berasal dari kata ifthar yaitu makan kembali setelah dalam jangka waktu panjang berhenti. Ifthar kemudian diartikan berbuka atau sarapan.

Pendek kata, Idulfitri dapat juga dimaknai sebagai hari raya makanan di samping bermakna hari raya yang suci.

Menikmati makan dan minum di kala Lebaran mengingatkan kepada siapa pemberi pangan tersebut. Tentu secara hakikat pemberi pangan tersebut adalah Tuhan Yang Mahaesa.

Namun, di balik itu terdapat pihak-pihak yang menjadi wasilah atau perantara sehingga pangan tersebut dapat terhidang di meja makan.

Mereka adalah petani, peternak, pemasok benih dan pupuk, pedagang, ekspedisi, hingga koki di dapur yang mengolah pangan tersebut sehingga dapat dinikmati.

Jika koki di dapur berada di rumah, maka juru masak tersebut adalah ibu atau asisten rumah tangga.

Demikian pula ketika koki itu di warung atau restoran, maka chef tersebut para pegawainya. Para koki itu dapat berada di rumah keluarga, kerabat, sahabat, dan tetangga yang berjasa menyediakan pangan.

Pada konteks inilah artikel ini dibuat sebagai ajakan pada saat Lebaran untuk membiasakan menghargai dan berterima kasih pada semua pihak yang telah menyediakan pangan dari hulu hingga ke hilir.

BACA JUGA  Destinasi Wisata di Jakarta dan Sekitarnya yang Buka saat Lebaran

LEAVE A REPLY