JAKARTA – Kelahiran buah hati menjadi momen yang sangat dinanti para orangtua, namun ada sejumlah hal yang membuat orangtua panik ketika bayi lahir dalam kondisi tertentu, misalnya kelahiran prematur.
Kelahiran prematur adalah peristiwa persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu atau tiga minggu sebelum waktu yang seharusnya.
Persalinan pada usia tersebut sering terjadi secara tak terencana, seperti dalam kasus ketuban pecah dini atau infeksi rahim selama kehamilan. Namun, dalam beberapa situasi, persalinan prematur dapat direncanakan, terutama dalam kasus preeklampsia.
Minggu-minggu terakhir kehamilan sangat penting untuk pertumbuhan janin, terutama perkembangan otak dan paru-paru. Oleh karena itu, bayi yang lahir prematur memerlukan perawatan khusus yang lebih lama di rumah sakit.
Bayi yang lahir prematur biasanya memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan bayi yang lahir secara normal. Mereka juga mungkin mengalami kesulitan dalam mengisap dan menelan, sehingga menghadapi kesulitan dalam makan. Bayi prematur juga cenderung memiliki suhu tubuh yang rendah setelah lahir.
Dikutip dari laman resmi Kemenkes, penyebab pasti dari kelahiran prematur belum sepenuhnya diketahui. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya persalinan prematur, antara lain:
- Riwayat kelahiran prematur sebelumnya.
- Kehamilan dengan bayi kembar.
- Adanya kelainan pada rahim atau plasenta.
- Jarak antara kehamilan saat ini dengan kehamilan sebelumnya kurang dari 6 bulan.
- Ibu hamil sering terpapar asap rokok.
- Berat badan ibu hamil lebih rendah dari seharusnya.
- Ibu hamil mengalami hipertensi atau diabetes.
- Riwayat keguguran berulang.
- Adanya cedera saat hamil.
Kelahiran prematur menyebabkan bayi tidak memiliki waktu yang cukup untuk tumbuh dan berkembang di dalam kandungan. Karena tidak tumbuh dengan baik di dalam kandungan, berat dan panjang badan bayi prematur lebih rendah dari bayi yang lahir normal.
Beberapa ciri-ciri bayi yang lahir prematur antara lain:
- Berat badan lahir rendah.
- Ukuran tubuh kecil dengan kepala yang lebih besar dan tidak proporsional.
- Rambut halus yang menutupi tubuh.
- Suhu tubuh rendah.
- Kesulitan bernapas.
- Kesulitan dalam mengisap dan menelan ASI.
Bayi yang lahir prematur, umumnya dianjurkan untuk melakukan beberapa pemeriksaan dan tes seperti pernapasan dan denyut jantung dilakukan untuk memantau ketidakteraturan denyut jantung dan pernapasan yang sering terjadi pada bayi prematur. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan dengan memasang monitor di Unit Perawatan Intensif Neonatal (NICU).
Kemudian, pemeriksaan darah, terutama untuk memeriksa kadar hemoglobin, kalsium, gula darah, dan bilirubin. Ekokardiogram dilakukan untuk mengevaluasi adanya kebocoran katup jantung dan fungsi pompa jantung bayi. Juga pemeriksaan mata diperlukan karena bayi prematur, terutama retina, sering mengalami gangguan yang disebut retinopati prematuritas.
Pengobatan dapat diberikan pada bayi prematur untuk mengurangi dan mencegah komplikasi yang dapat membahayakan si kecil. Biasanya, bayi dirawat di dalam inkubator di rumah sakit untuk menjaga suhu tubuhnya.
Selain itu, metode kangguru juga dapat digunakan sebagai perawatan. Metode ini melibatkan meletakkan bayi di dada ibu atau ayah dengan kontak langsung kulit tanpa pakaian selama 24 jam penuh, sehingga membantu meningkatkan berat badan bayi dan kondisinya menjadi lebih stabil.
Jika bayi belum dapat mengisap dan menelan dengan baik, dokter akan memasang infus dan selang pemberian makan untuk memastikan bayi mendapatkan cairan dan ASI yang cukup untuk memenuhi nutrisi dan menghindari dehidrasi.
Bila kadar bilirubin bayi terlalu tinggi dan menyebabkan kuning pada kulitnya, bayi mungkin perlu menjalani fototerapi dengan menggunakan sinar biru untuk menurunkan kadar bilirubin yang berbahaya bagi otak.
Sementara itu, jika terdapat kecurigaan adanya infeksi, bayi dapat diberikan antibiotik melalui suntikan atau infus.
Secara umum, bayi prematur dapat pulang dan dirawat di rumah jika kondisinya memenuhi kriteria seperti pernapasan teratur dan mampu bernapas tanpa bantuan, suuhu tubuh stabil, mampu menyusu (dari payudara ibu atau botol), berat badan terus bertambah dan tidak mengalami demam.