Ilustrasi Kesehatan Mental. (Foto: pixabay.com)

Oleh: Agung Iranda SPsi MA (Pengurus Himpsi Jambi dan Dosen Psikologi di Universitas Jambi)

ZNEWS.ID JAKARTA – Tanggal 10 Oktober 2022, story WhatsApp dan Instagram saya tiba-tiba dipenuhi postingan tentang “World Mental Health Day” dari rekan-rekan dosen psikologi, psikolog, ilmuwan psikologi, sarjana psikologi, dan mahasiswa psikologi.

Saya tidak menafikan bahwa postingan tentang hari kesehatan mental dunia lebih banyak berasal dari mereka yang pernah mengecap bangku kuliah psikologi, sedangkan masyarakat biasa dari kalangan non-psikologi belum terlihat mengunggah postingan hari kesehatan mental. Setidaknya, pada story WhatsApp dan Instagram pribadi saya.

Seruan akan pentingnya kesehatan mental perlu didengungkan lebih keras lagi, momen ini pertama kali dilakukan oleh Federasi Kesehatan Mental Dunia (WFMH) Tahun 1992.

Tujuan utama hari kesehatan mental adalah untuk memberi edukasi pada masyarakat mengenai kesehatan mental dan menjernihkan pandangan masyarakat tentang penanganan gangguan mental yang sering dianggap negatif.

Sudah semestinya masyarakat diajak bersama untuk sadar mengenai pentingnya kesehatan mental.

Kesadaran tentang kesehatan mental memerlukan tindakan konkret dari sejumlah lembaga yang memiliki wewenang dalam psikologi; Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi), program studi psikologi di berbagai perguruan tinggi, para pemangku kepentingan dari instansi pemerintah maupun swasta, lembaga swadaya, komunitas masyarakat, serta biro-biro psikologi yang selama ini berada di garda terdepan dalam penanganan masalah psikologi.

Pada tulisan ini, penulis ingin berbagi satu pendekatan kesehatan mental komunitas dalam upaya promosi kesehatan mental dan pencegahan gangguan mental.

Jika merujuk data riset kesehatan dasar Tahun 2018, menunjukkan bahwa ada 19 juta orang mengalami gangguan emosional dan sekitar 12 juta orang mengalami depresi. Data yang berkaitan dengan gangguan mental juga disampaikan oleh lembaga lain pada tahun yang berbeda.

LEAVE A REPLY