ZNEWS.ID SYDNEY – Kamis (20/3/2025), bertepatan dengan 20 Ramadan 1446 H, momen penuh keberkahan terjadi di Australia. Seorang perempuan berusia 35 tahun asal Nepal, yang telah menetap selama sembilan tahun di negeri itu, akhirnya memeluk agama Islam setelah melewati perjalanan spiritual yang panjang.
Wanita yang dikenal dengan inisial AS ini sebelumnya menganut agama lain, namun selama tinggal di Australia ia merasa ada kekosongan dalam hidupnya. Meski hidup di negara maju dan nyaman, ia tidak pernah benar-benar merasakan ketenangan batin.
Perubahan besar dalam hidupnya dimulai ketika ia bertemu Eko, seorang perawat asal Indonesia yang sudah tinggal lebih dari 20 tahun di Australia. Lewat interaksi sehari-hari di tempat kerja, AS melihat nilai-nilai Islam yang tercermin dalam diri Eko — keteduhan, ketenangan, dan keseimbangan hidup.
Tertarik dengan hal itu, AS mulai mendalami ajaran Islam dan merasa bahwa inilah jalan yang selama ini ia cari. Meski menyadari bahwa keputusannya akan menghadapi tantangan, baik dari lingkungan sekitar maupun keluarganya, AS tetap teguh dengan niatnya.
Melihat kesungguhan AS, Eko menyampaikan niatnya untuk masuk Islam kepada kami, tim Dai Ambassador Dompet Dhuafa 2025 yang sedang berdakwah di Australia. Kami menyambut niat baik itu dengan penuh rasa syukur dan segera mengatur proses pengucapan syahadat.
Prosesi syahadat dijadwalkan berlangsung di Mosman, Australia, pada sore hari dalam suasana tenang dan penuh kekhusyukan. Kami — Ustaz Solah, Ustaz Khalim, dan Ustaz Wahid — bersama Eko, mendampingi AS dalam langkah besarnya memeluk Islam.
Setibanya di lokasi, kami mempersiapkan diri dengan penuh harapan dan kebahagiaan, sambil menyadari bahwa proses syahadat ini bukan sekadar pengucapan kalimat, melainkan gerbang menuju kehidupan yang lebih terang dan penuh berkah.
Ustaz Solah memulai acara dengan penuh semangat, sementara Ustaz Khalim dengan bijaksana membimbing AS mengucap dua kalimat syahadat.
“Ashadu alla illaha illa Allah wa ashadu anna muhammadar rasulullah. I bear witness that there is no God worthy of worship except Allah, and I bear witness that Muhammad is the messenger of Allah.”
Begitu AS mengucapkannya, kami semua mengucap, “Alhamdulillah, Alhamdulillah, Allahu Akbar!” dengan penuh rasa syukur. Pengakuan atas ke-Esa-an Allah dan Nabi Muhammad sebagai rasul-Nya.
Ustsz Wahid kemudian memberikan tausiyah yang penuh hikmah. Menyampaikan pesan-pesan penting tentang kewajiban dalam Islam, seperti salat, zakat, puasa, dan haji, serta pentingnya berbakti kepada orang tua.
Ia juga menekankan bahwa Islam bukan hanya agama, tetapi juga cara hidup yang membawa kedamaian, kedisiplinan, dan keseimbangan bagi umatnya.
Eko pun tidak ketinggalan menyampaikan doa yang penuh dengan harapan, memohon agar AS diberikan keistikamahan dalam menjalani agama Islam dan semoga perjalanan spiritualnya menjadi awal dari kehidupan yang lebih baik.
Di akhir acara, kami bertanya kepada AS bagaimana perasaannya setelah memeluk Islam. Dengan mata berkaca-kaca dan suara penuh haru, ia berkata, “Perasaan ini tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Saya merasakan kedamaian yang selama ini saya cari. Islam memberi ketenangan dalam hati yang tak pernah saya temukan sebelumnya”.
AS bertekad menjalani hidup sebagai muslimah dengan sepenuh hati. Momen ini menjadi pengingat bahwa dakwah yang dilakukan dengan lemah lembut dan kasih sayang dapat menyentuh hati siapa pun. Kisah AS menjadi bukti bahwa setiap perjalanan menuju Islam adalah awal dari kedamaian sejati.
Oleh: Dai Ambassador Australia, Ustaz Solahuddin Ayubia dan Ustaz Muhammad Nur Khalim