Jauhar, pengrajin kayu dengan penghasilan pas-pasan, bersama istrinya Ana, rela menjual satu-satunya kendaraan bermotor mereka demi membeli Alat Bantu Dengar (ABD) untuk Yazdan. (Foto: Dompet Dhuafa)

ZNEWS.ID BANJARNEGARA – Di desa terpencil di Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, hiduplah keluarga penuh cinta yang harus menghadapi cobaan ketika anak semata wayangnya, Yazdan, didiagnosis mengalami gangguan pendengaran berat.

Orang tua Yazdan, Jauhar dan Ana, merasa sangat khawatir dengan kondisi anak mereka yang membutuhkan perawatan khusus.

Jauhar, seorang pengrajin kayu dengan penghasilan pas-pasan, bersama istrinya Ana, rela menjual satu-satunya kendaraan bermotor mereka demi membeli Alat Bantu Dengar (ABD) untuk Yazdan.

Mereka berharap ABD dapat membantu perkembangan pendengaran anak mereka. Meskipun hasil penjualan motor hanya cukup untuk membeli satu unit ABD, mereka tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya.

“Waktu itu kami hanya menangis dan bingung, harus bagaimana dan bisa apa? Pernah direkomendasikan dokter spesialis lakukan operasi implan koklea, kami belum sanggup. Tapi, kami juga ingin maksimalkan upaya untuk membantu Yazdan selagi masa tumbuh kembangnya, akhirnya kami putuskan jual motor dan beli satu unit ABD,” ungkap Jauhar.

Saat Yazdan hampir berusia 2 tahun, kedua orang tuanya mulai khawatir karena Yazdan tidak merespon panggilan dan mengalami keterlambatan bicara.

Setelah menjalani fisioterapi, dokter menganjurkan tes pendengaran, yang kemudian menunjukkan bahwa Yazdan mengalami gangguan pendengaran berat di kedua telinganya.

LEAVE A REPLY