
ZNEWS.ID JAKARTA – Ada dua karakteristik rezeki yang direkomendasikan dalam Islam, yaitu halal dan baik. Ada rezeki yang baik tapi tidak halal, ada pula rezeki yang halal tapi tidak baik.
Rezeki Baik tapi Tidak Halal
Rezeki yang baik tapi tidak halal, contohnya makanan yang baik dan segar tapi prosedur mendapatkannya dengan cara mencuri. Mobil mewah, makanan enak, pakaian yang indah dan menarik, kalau hal tersebut didapat dengan cara mencuri, atau uang yang digunakan untuk membelinya merupakan hasil mencuri, adalah contoh jenis rezeki yang baik tapi tidak halal.
Rezeki Halal tapi Tidak Baik
Sedangkan rezeki yang halal tapi tidak baik, contohnya seperti nasi (milik kita) yang sudah basi, buah-buahan yang sudah rusak dan mulai membusuk. Bahkan, jika jelas makanan tersebut sudah rusak dan jika dikonsumsi akan mendatangkan penyakit, maka makanan tersebut bukan hanya tidak baik, tapi juga tidak halal.
Apa Keuntungan Kita Mengonsumsi Rezeki yang Baik dan Halal?
Rezeki yang baik akan berdampak pada pemeliharaan kesehatan, tersedianya zat-zat, vitamin dan lainnya yang sangat diperlukan oleh tubuh secara fisik, sehingga pada gilirannya kesehatan akan terjaga. Ketika tubuh kita sehat, maka kitapun siap beraktivitas.
Sedangkan, rezeki yang halal akan berdampak pada network dan jaringan komunikasi antara seorang hamba dengan Allah selaku pencipta dan pemancar frekuensi kepada seluruh makhluknya.
Rezeki yang halal memiliki sinyal yang kuat untuk menangkap gelombang cahaya Allah. Sehingga, apabila seseorang telah memperoleh cahaya Allah yang akan tembus langsung ke dalam hati dan kehidupannya, maka aktivitas dan amal orang tersebut akan senantiasa berpedoman oleh nilai-nilai agama.
Kisah Kebun Apel Pembawa Rezeki Halal
Ada kisah, Tatkala Tsabit bin Ibrahim melewati jalan setapak di samping kebun, tiba-tiba jatuh apel. Tsabit mengambil dan memakannya separuh. Dia teringat bahwa apel itu bukan haknya.