TIGA kasus lumpuh layuh (acute flacid paralyse) yang baru dtemukan (dua di Klaten, Jawa Tengah dan satu di Pamekasan, Madura) terkonfirmasi akibat infeksi virus polio type 2 yang bermutasi atau VDPV2.
Polio tergolong penyakit serius yang bisa berdampak pada sistem syaraf dan kelumpuhan otot kaki yang berlangsung sementara atau permanen tergantung tingkat keparahannya, bahkan ada yang gjalanya baru mumcul 10 sampai 20 tahun pasca infeksi.
Penyakit yang ditularkan virus polio ini yang menyebar dari kontak langsung melalui faces yang terinfeksi atau druplet menyerang organ pernafasan sehingga penderita kesulitan bernafas bahkan gagal bernafas.
Polio berhasil dibasmi pada awal 1950-an pasca penemuan vaksin penyakit akibat virus tersebut oleh dokter Jonas Salk dari Amerika Serikat dan setelah Majelis Kesehatan Dunia mengadopsi resolusi pemberantasan polio pada 1998 yang berhasil menurunkan kasus polio dari 350.000 menjadi enam kasus pada 2021.
Indonesia dinyatakan bebas polio oleh WHO pada 2014, namun KLB muncul lagi di Klaten dan Pamekasan akhir Desember 2023, sebelumnya juga terdeteksi di Aceh dan Jawa Barat (pada 2022) dan menyebar di 10 propinsi pada 2006.
Kasus pertama dialami oleh anak perempuan usia enam tahun (NH) di Klaten dengan status vaksin polio (OPV) tidak lengkap, hanya dua kali vaksin tetes yang lalu terkonfirmasi mengalami lumpuh layuh akut pada 21 Nov. ’23.
Kasus lumpuh layuh kedua dialami MAF, anak laki-laki berusia satu tahun sebelas bulan, juga di Klaten, yang terkonfirmasi pada 22 Nov. ’23 walau ia memiliki riwayat imunisasi lengkap, namun setelah diperiksa, ternyata mengidap malnutrisi.
Sedangkan kasus ketiga dialami MAM, anak laki-laki berusia tiga tahun satu bulan yang terpapar pada 6 Des. 2023. Ia telah menerima empat dosis vaksin OPV dan satu dosis vaksin polio suntik (IPV).
Akibat rendahnya Imunisasi
Pemacu mutasi virus polio, kata Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Ismoedianto yakni cakupan imunisasi yang rendah di tengah pandemi Covid 19 dalam tiga tahun terakhir ini (awal Maret 2020 sampai Juni 2023).
“Virus yang bermutasi lebih cepat menyebar di tengah masyarakat sehingga risiko kelumpuhan pada penderita makin tinggi, “ ujarnya.
Menurut dia, jika virus menginfeksi seseorang atau kelompok dengan kekebalan rendah yang belum divaksin, penularan dan kembang iaknya lebih cepat di dalam tubuh.
Mrebaknya penyakit polio yang sebenarnya bisa dicegah melalui vaksinasi sudah diprediksi akibat terjadi penurunan cakupan imunisasi dasar pada anak-anak saat pandemi Covid-19.
Sedangkan data dari kemenkes menyebutkan, 1,7 juta anak Indonesia tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap selama 2019 sampai 2021, sedangkan cakupan imunisasi dasar lengkap pada 2021 hanya 82,4 persen dari target 95 persen.
Imunisasi dasar vaksinasi lengkap pada anak harus dikebut lagi guna mencegah agar polio tidak berkembang menjadi pandemi.