Ilustrasi: Presiden Joko Widodo meninjau lahan food estate di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Kamis (8/10/2020). (Foto: Biro Pers – Setpres)

Oleh: Dr Ir Ladiyani Retno Widowati MSc  Kepala BSIP Tanah dan Pupuk, Kementan; Dr Asmarhansyah MSc, Kepala BSIP Agroklimat dan Hidrologi, Kementan; dan Dr Akhmad Hamdan adalah Kepala BSIP Kalimantan Tengah, Kementan)

ZNEWS.ID JAKARTA – Upaya meneruskan program Food Estate yang berkelanjutan dengan mendatangkan para ahli pertanian di Gunung Mas, Kalimantan Tengah, ternyata sempat menghebohkan pemberitaan media massa. Berita tersebut kemudian viral di media sosial.

Kehadiran polibag di lokasi Food Estate dituding sebagai upaya pembohongan publik. Maka, saatnya berupaya memberikan pemahaman bagi masyarakat umum yang tentu belum mengerti sepenuhnya bagaimana tahapan-tahapan para ahli pertanian bekerja di lahan yang baru.

Budi daya tanaman di lokasi yang baru membutuhkan informasi kondisi biotik dan abiotik lingkungan, termasuk karakteristik lahan dari sisi kimia, fisik, dan biologi; ketersediaan sumber air; serta iklim mikro, seperti suhu dan kelembapan.

Kemudian juga terkait jenis tanaman dan varietas tanaman yang spesifik, serta daya dukung ruang tumbuh yang spesifik, sesuai dengan kondisi agroekologi setempat.

Biasanya, para ahli memperoleh informasi tersebut berdasarkan pengetahuan tersembunyi (tacit knowledge) yang terkumpul dari pengalaman praktik bertahun-tahun, termasuk dari studi literatur dan label yang tertulis pada varietas tanaman, didukung informasi eksisting.

Hanya saja, ketika dihadapkan pada lahan baru yang luas, para ahli umumnya berupaya memverifikasi pengalamannya dengan mencoba menanam varietas tanaman tersebut dalam jumlah terbatas.

Lazimnya, tanaman ditanam di petak-petak kecil atau polibag-polibag. Dari pengamatan tanaman yang tumbuh di ruang kecil itu, kemudian para ahli mendapat informasi kemampuan media tanam mendukung pertumbuhan dengan menggunakan varietas tanaman yang sesuai dengan lokasi setempat.

Sekali lagi, upaya ini dilakukan mengingat tanah di lokasi tersebut didominasi pasir, miskin hara, sulit memegang air, dan rentan erosi.

Upaya-upaya menguji daya dukung untuk pertumbuhan tanaman, seperti media tanam, pupuk, atau pembenah tanah, umumnya menggunakan tanaman dengan menyelesaikan satu siklus hidupnya (masa berkecambah, masa vegetatif, hingga masa generatif) dalam periode waktu pendek (110-125 hari setelah tanam dibanding dengan singkong dengan umur panen 9-11 bulan).

LEAVE A REPLY