Ilustrasi stres. (Foto: pixabay)

ZNEWS.ID JAKARTA – Praktisi Kesehatan Masyarakat, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dr Erta Priadi Wirawijaya mengatakan bahwa stres dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Pasalnya, kata Erta, stres memengaruhi berbagai perubahan fisik dan biologis dalam tubuh.

“Stres dapat memicu pelepasan hormon stres, seperti adrenalin, yang meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah yang tinggi adalah faktor risiko utama penyakit jantung,” katanya, dilansir dari Antara.

Erta menambahkan, stres juga dapat memengaruhi detak jantung. Beberapa orang mengalami peningkatan denyut jantung (takikardia) saat stres, yang jika berlangsung dalam jangka panjang dapat meningkatkan beban kerja jantung.

Selain adrenalin, kata dia, hormon stres lainnya seperti kortisol juga dapat meningkat selama stres. Kortisol dapat memengaruhi metabolisme tubuh dan menyebabkan peningkatan kadar gula darah, yang dapat memengaruhi kesehatan pembuluh darah.

“Stres kronis juga dapat memicu peradangan dalam tubuh. Peradangan kronis merupakan faktor risiko penyakit jantung, karena dapat merusak dinding arteri dan meningkatkan risiko pembentukan plak aterosklerosis,” ujarnya.

Menurut Erta, orang yang mengalami stres sering kali cenderung melakukan perilaku yang tidak sehat, seperti makan berlebihan, mengonsumsi alkohol berlebihan, atau merokok.

Ini adalah faktor tambahan yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Kemudian, sambungnya, stres dapat mengganggu pola tidur. Kondisi kurang tidur atau tidur yang buruk berkaitan dengan risiko penyakit jantung yang lebih tinggi.

“Penting untuk diingat bahwa respon terhadap stres dapat bervariasi dari individu ke individu, dan tidak semua orang akan mengalami efek yang sama. Namun, jika stres menjadi kronis dan tidak diatasi dengan baik, maka dapat meningkatkan risiko penyakit jantung pada individu yang rentan,” tuturnya.

BACA JUGA  Ahli Gizi Sebut Stres Hambat Proses Penurunan Berat Badan

LEAVE A REPLY