Oleh: Adi Setiawan
ZNEWS.ID JAKARTA – Anak tidak dapat memilih di keluarga mana ia dapat dilahirkan. Jika anak dapat memilih di keluarga mana ia dapat dilahirkan tentunya ia akan memilih di keluarga yang penuh limpahan kasih sayang.
Namun, itu semua tidak dapat kita prediksikan. Tidak pula semua anak di dunia ini terlahir dengan memiliki keluarga yang utuh, Mengapa? Ada yang disebabkan oleh perceraian hidup, atau kematian yang merenggut salah satu orang tua, ada yang memiliki ayah atau ibu yang lebih dari satu.
Bahkan, ada pula yang ditinggalkan oleh orang tua kandungnya dengan dalih tak memiliki kemampuan untuk merawat anaknya sendiri sehingga dititipkan kepada orang lain.
Kemampuan? Ya, saat orang tua tak lagi mampu membesarkan mereka dengan dalih apapun, maka anak tumbuh dipelihara oleh anggota keluarga lain. Tentu saja oleh keluarga yang mampu memeliharanya. Sehingga, anak akan merasakan perbedaan karena tidak dirawat oleh orang tua kandungnya sendiri.
Sama halnya dengan guru, mereka memiliki kadar kemampuan yang berbeda-beda. Baik dalam pembelajaran, komunikasi, untuk menatap wajah peserta didik, mengusap rambut, ataupun menyentuh bahunya.
Atau bahkan dalam memberikan kalimat-kalimat pujian dan mengucapkan kalimat-kalimat positif. Ini menjadi bahan renungan pada diri kita sendiri, mari kita tanyakan ke diri sendiri seberapa sering kita mampu melakukannya?
Mungkin kita sering mendengar istilah anak itu seperti kertas putih yang kosong ketika pertama kali dilahirkan, tinggal bagaimana kita sebagai orang dewasa mampu mengarahkan dan akan memberikan coretan atau catatan yang seperti apa terhadap kertas tersebut.