Ilusrasi Sampah Plastik di Lahan Pertanian. (Foto: ANTARA/Adiwinata Solihin)

Oleh: Prof Budiman Minasny SP MSc PhD (Profesor Ilmu Tanah dan Lingkungan di University of Sydney, Australia)

ZNEWS.ID JAKARTA – Plastik telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari yang digunakan secara luas dalam berbagai aplikasi, dari pembungkus makanan hingga botol minuman, dan umumnya plastik sering kali hanya digunakan sekali kemudian menjadi sampah.

Dalam skala global, Indonesia merupakan salah satu penyumbang terbesar sampah plastik, dengan estimasi mencapai 3 juta – 5 juta ton per tahun.

Sebagian besar sampah ini berakhir di tumpukan sampah, sungai, atau lautan. Di sektor pertanian, plastik juga memiliki peran yang signifikan, namun dampaknya terhadap lingkungan bisa sangat merugikan.

Di lahan pertanian, plastik sering digunakan dalam bentuk mulsa plastik dan polibag. Mulsa plastik, khususnya, membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman hortikultura dengan menutupi tanah, menjaga suhu tanah tetap stabil, dan mencegah pertumbuhan gulma.

Namun, plastik ini umumnya hanya digunakan satu atau dua kali sebelum dibuang. Setelah penggunaannya berakhir, plastik tersebut sering kali menjadi sampah yang mencemari tanah pertanian.

Selain mulsa plastik, berbagai jenis plastik lainnya dapat ditemukan di lahan pertanian, seperti sampah kontainer plastik, dan limbah plastik lainnya. Plastik juga bisa didapati dalam kompos jika bahan kompos tersebut tercemar.

Plastik yang digunakan di sektor pertanian bervariasi, mulai dari low-density polyethylene (LDPE) yang umum digunakan dalam mulsa, hingga PVC untuk pipa air, poly(ethylene terephthalate) (PET), polyurethane, dan polysterene. Setiap jenis plastik memiliki karakteristik dan perilaku yang berbeda ketika terpapar pada tanah.

Ketika plastik terpapar pada tanah, ia dapat mengalami pelapukan akibat panas dan hujan. Meski begitu, plastik sangat tahan lama dan hanya terdegradasi menjadi partikel-partikel kecil berukuran milimeter hingga mikrometer.

LEAVE A REPLY