Umat Islam melaksanakan salat minta hujan (Istisqa) di lapangan Bumi Gora Kantor Gubernur NTB di Mataram, Jumat (18/10/2019). (Foto: ANTARA/Ahmad Subaidi)

Oleh: M Ishom El Saha (Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten)

ZNEWS.ID JAKARTA – Sesuai dengan namanya, al-istisqa ialah meminta curahan air penghidupan (thalab al-saqaya). Para ulama Fiqh mendefinisikan salat Istisqa sebagai salat sunah muakkad yang dikerjakan untuk memohon kepada Allah SWT agar menurunkan air hujan.

Salat istisqa telah dipraktikkan di zaman Rasulullah SAW. Dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra disebutkan:

خرج النبي صلى الله عليه وسلم يوماً يستسقي فصلى بنا ركعتين بلا أذان ولا إقامة ثم خطبنا ودعا الله عز وجل وحول وجهه نحو القبلة رافعاً يديه ثم قلب ردائه فجعل الأيمن الأيسر والأيسر الأيمن

Artinya: “Nabi Muhammad SAW keluar rumah pada suatu hari untuk memohon diturunkan hujan, lalu beliau salat dua rakaat bersama kita tanpa azan dan ikamah, kemudian beliau berdiri untuk khotbah dan memanjatkan doa kepada Allah SWT dan seketika itu beliau mengalihkan wajahnya (dari semula menghadap ke arah hadirin) menghadap ke kiblat serta mengangkat kedua tangannya, serta membalikkan selendang sorbannya, dari pundak kanan ke pundak kiri, begitupun ujung sorbannya.” (HR Imam Ahmad)

Adapun waktu pelaksanaan salat istisqa adalah di siang hari, sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari istri beliau, Aisyah ra:

خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم حين بدا حاجب الشمس

Dalam hadis ini Rasulullah SAW mengerjakan salat istisqa setelah Matahari muncul di atas permukaan Bumi, seperti waktu dimulainya salat Idulfitri atau iduladha. Para ulama berpendapat salat istisqa dapat dikerjakan hingga sore hari, asalkan tidak pada waktu diharamkan mengerjakan salat, yaitu pas Matahari di atas kepala dan pas terbenam Matahari.

Sedangkan tata cara isalat Istisqa adalah pertama: imam dan makmum berkumpul di tanah lapang untuk mengerjakan salat secara berjemaah.

BACA JUGA  Bacaan Niat Salat Tarawih dan Witir, Lengkap dengan Tata Caranya

LEAVE A REPLY