
Oleh: Yuni Nur’afiah (Pengelola Program Beasiswa Cikal)
ZNEWS.ID JAKARTA – Guru sebagai orang tua dan pendidik tentu tidak hanya ingin anak-anaknya cerdas secara intelektual, namun juga berharap dapat mendidiknya menjadi anak yang cerdas secara emosional dan spiritual. Kecerdasan tersebut bisa distimulasi, salah satunya dengan cara membentuk kebiasaan positif pada anak.
Pembiasaan positif alangkah baiknya jika dimulai sejak dini, yakni sejak usia prasekolah. Orang tua bisa mulai memberikan keteladanan. Betapa bahagianya jika kita mendapati anak-anak kita terbiasa melakukan pembiasaan positif sejak kecil, dengan wasilah teladan dan didikan kita.
Bahkan sampai mereka berusia dewasa terus menerus melakukan pembiasaan positif tersebut. Itulah ilmu yang bermanfaat, yang insyaallah pahalanya terus mengalir bahkan sampai setelah kita meninggal dunia.
Salah satu kunci utama keberhasilan pendidikan adalah proses peneladanan. Maka, sebelum membentuk pembiasaan positif anak, kita sebagai pendidik hendaknya berefleksi apakah kita sudah menjadi contoh yang baik bagi mereka?
Mari cek kembali kebiasaan kita sehari-hari dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi. Sudah terisi dengan pembiasaan positif? Jika belum, jangan ragu untuk memperbaiki diri kita, berusaha menjadi teladan yang baik sembari mendidik anak-anak.
Dalam agama islam, peneladanan orang tua harus diberikan kepada anak bahkan sejak anak di dalam kandungan. Pada saat anak memasuki usia prasekolah, anak dijuluki sebagai peniru yang ulung, karena otak mereka mampu menyerap dengan baik apa yang terjadi di lingkungannya.
Maka dari itu, pada usia prasekolah, orang tua harus memberikan teladan pembiasaan positif di lingkungan keluarga. Namun, yang perlu di perhatikan, pada usia prasekolah, anak belum bisa dipaksa untuk melaksanakan semua pembiasaan positif yang kita inginkan.
Usia prasekolah juga merupakan masa-masa anak memainkan imajinasinya. Sering kita lihat anak anak ini bermain peran dengan boneka maupun mobil-mobilan yang mereka punya. Seakan mereka memerankannya di dunia nyata.
Kita dapat memanfaatkan potensi ini dengan penanaman fondasi keimanan dengan mengenalkan Allah lewat alam semesta dan Alquran. Misalnya, saat hujan orang tua bisa menceritakan proses hujan yang dijelaskan di dalam Alquran.
Orang tua juga bisa menceritakan kepada mereka kisah-kisah teladan Islam, kisah-kisah dalam Alquran, dan sebagainya. Sehingga, dalam benak mereka terbayang sosok-sosok orang baik dan hebat yang dapat mereka jadikan idola
Ketika anak memasuki usia 7 tahun (usia sekolah dasar) anak sudah memasuki fase mumayiz (akil/berakal). Pada usia ini, secara perkembangan kognitif piaget (usia 7-11 th) sudah masuk tahap operasional konkrit.
Pada tahap ini,nanak mampu memerhatikan lebih dari satu aspek sekaligus, dapat memikirkan keterhubungan satu hal dengan hal lainnya termasuk sebab akibat. Namun, dia belum mampu berpikir abstrak.
Selain itu, menurut tahap perkembangan moral piaget, anak usia sekolah sudah memasuki tahap moral realism, yakni anak menganggap moral sebagai aturan dipandang sebagai paksaan dari orang tua. Dan, jika dia melanggar, akan dihukum.
Hal ini didukung oleh fakta yang di temui di lapangan, bahwa kebanyakan anak usia SD pada penerima manfaat beasiswa cikal muamalat SGI memiliki kepatuhan yang tinggi terhadap guru dan orang tuanya saat diberikan penugasan pembiasaan positif.
Oleh karena itu, pada saat usia sekolah dasar, orang tua dan guru sudah bisa mengajak anak untuk belajar berbagai pembiasaan positif. Salah satunya adalah melaksanakan salat wajib untuk mempersiapkan fase balig.
Diawali dengan memberikan teladan yang baik, kemudian orang tua atau guru memberikan pengajaran mengapa pembiasaan tersebut harus dilaksanakan. Dan, bagaimana cara melaksanakan berbagai pembiasaan tersebut dengan benar.
Selain itu, membuat kesepakatan reward dan punishment dengan anak serta melaksanakan pembiasaan postif dalam kurun waktu tertentu dengan bantuan jurnal harian/tabel ceklis. Berikanlah apresiasi terhadap capaian mereka dan berikan punishment sesuai kesepakatan bersama.
Beberapa hal yang perlu dicontohkan dan dibiasakan di antaranya:
- Pembiasaan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun).
- Kedisiplinan (datang ke sekolah mengerjakan tugas tepat waktu, tidur dan bangun tepat waktu, makan sambil duduk, buang sampah pada tempatnya, membaca ta’awuz dan basmalah sebelum beraktivitas, membaca hamdalah setelah beraktivitas).
- Kemandirian (cuci piring sendiri setelah makan, membereskan tempat tidur setelah bangun tidur, mandi 2 kali sehari, gosok gigi, wudu dan berdoa sebelum tidur).
- Ibadah (salat wajib 5 waktu tepat waktu, mengaji, salat sunah).
- Help skill (membantu orang tua, menolong teman, menolong tetangga yang kesulitan).
Ketika anak memasuki remaja, anak akan mencapai usia balig. Untuk perempuan sekitar usia 11-15 tahun, sementara untuk laki-laki sekitar usia 15 tahun. Ketika anak tersebut beragama Islam, sudah mencapai akil dan balig, maka dia statusnya sudah mukallaf.
Sama dengan orang dewasa lainnya, sudah terbebani dengan syariat dan hukum-hukum Islam, serta sudah memiliki buku catatan amal sendiri. Secara tahap perkembangan kognitif piaget (usia >11 tahun) sudah masuk tahap operasional formal (mampu berpikir abstrak dan dapat menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian menyelesaikan masalah).
Secara tahapan perkembangan moral piaget masuk tahap independensi moral (>11-12 th). Mereka memandang aturan sebagai kesepakatan bersama, menilai perilaku moral berdasarkan niat pelakunya. Hukuman dipandang sebagai sesuatu hal yang tidak serta merta, namun dipengaruhi oleh niat pelakunya.
Maka, pada remaja, orang tua, dan guru, perlu memberikan penjelasan kepada mereka bahwa ketika sudah memasuki usia balig mereka sudah memiliki tanggung jawab secara pribadi untuk melakukan kewajiban syariat islam.
Berilah juga mereka tanggung jawab untuk melakukan sebagian dari pekerjaan rumah tangga untuk mempersiapkan mereka di masa dewasa. Tentu saja, cara berkomunikasi dengan mereka tidak bisa selalu dengan top down. Libatkan mereka dalam diskusi untuk menambah keilmuan maupun membuat beberapa kesepakatan pembiasan positif.