Oleh: Rida Safuan Selian (Akademisi, peneliti, pemerhati budaya dan seni dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh)
ZNEWS.ID JAKARTA – Masyarakat Gayo merupakan penduduk asli di daerah Aceh yang menyingkir ke pedalaman atau pegunungan. Sebagai salah satu etnis yang tinggal di dataran tinggi Aceh, masyarakat Gayo memiliki kekayaan ragam budaya dan kesenian yang unik serta legenda atau cerita rakyat yang melekat.
Salah satu bentuk kesenian yang diangkat dari legenda dan dipercaya oleh masyarakat Gayo adalah tari guel yang dikaitkan dengan legenda Gajah Putih. Tarian ini muncul dari sebuah kisah yang terjadi di masyarakat khususnya di Kabupaten Aceh Tengah.
Kata “guel” berarti membunyikan. Kata ini muncul menjadi sebuah gagasan dari suara yang dihasilkan oleh pukulan benda-benda. Tari guel diiringi oleh bunyi-bunyian yang terdiri atas guel (rebana), canang, memong, dan gong.
Di zaman dahulu tari guel disebut tari “menatap” atau tari pedah berbentuk gerak gaya di tempat yang tertib, berangsur maju mundur berulang kali yang sangat terbatas dan dengan langkah yang beringsut.
Tari guel awalnya lebih difungsikan sebagai bagian dari upacara adat tertentu di kalangan masyarakat Gayo. Namun, saat ini tari guel juga ditampilkan dalam upacara perkawinan, festival-festival, dan penyambutan tamu. Seperti saat kirab api PON XXI tiba di Aceh Tengah beberapa waktu lalu, tarian ini turut menyambut kedatangan tim pembawa api PON.
Sebelum ditampilkan dalam acara perkawinan, tari guel haruslah ”sukut” yaitu si penari harus meminta terlebih dahulu restu/izin reje atau pemimpin masyarakat yang merupakan syarat dowa. Tanpa izin tersebut tari ini tidak boleh ditampilkan.
Pada penampilan tari guel, akan hadir ahli-ahli atau petua-petua adat untuk menyaksikan benar tidaknya tari tersebut, irama gendang, tata tertib, dan sebagainya. Jika ada gerakan tari yang salah, atau ada sesuatu yang sumbang, maka si penari akan didenda.
Sepenggal gerak atau atraksi dari tari ini juga diperbolehkan untuk ditarikan oleh pengantin sebagai wujud rasa gembira diiringi nyanyian oleh anak-anak gadis bersama tetabuhan canang selengkapnya.
Penggalan tari yang dilakukan di anyung (anjungan rumah) diberi nama tari anyung. Apabila penggalan gerak tari ini dilakukan di halaman rumah atau di lapangan, maka dinamai tari tepok belang atau tari turun ku belang.