ZNEWS.ID JAKARTA – Manusia adalah makhluk yang paling sempurna karena selain memiliki panca indra, mereka juga diberi nafsu untuk membuat hidup lebih semangat dan indah.
Berbeda dengan malaikat yang hanya diberi ketaatan tanpa nafsu. Malaikat tidak makan, minum, atau tertarik pada kekayaan dan kesenangan dunia, serta tidak berubah sejak penciptaannya hingga hari kiamat.
“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (QS Ali Imran: 14)
Hal-hal tersebut adalah perhiasan dunia, yang diizinkan untuk diinginkan dan dimiliki asalkan sesuai dengan syariat. Namun, jika didapatkan dengan cara yang haram, hal itu justru bisa menjadi malapetaka.
Mudahnya, diantara makna ayat ini adalah:
- Bahwa syahwat (nafsu) bagi manusia adalah fitrah.
- Allah mencontohkan bahwa manusia memiliki kecintaan kepada lawan jenis sehingga terjadilah pernikahan. Dari pernikahan lahirlah anak keturunan dan tentu kita sangat mencintai mereka.
- Emas dan perak. Untuk konteks saat ini, emas dan perak juga bisa dimaknakan uang yang menumpuk di rekening bank, dan aset-aset berharga.
- Kuda pilihan. Untuk konteks saat ini bisa dimaknakan dengan kendaraan mewah dan sangat bergengsi.
- Hewan ternak dan sawah ladang, untuk konteks saat ini bisa diartikan dengan usaha yang dimiliki, bisa juga toko, bidang jasa dan perusahaan.
- Semua itu adalah perhiasan dunia dan tentunya boleh diinginkan, didapatkan dan dimiliki.
- Disisi Allah-lah tempat kembali yang baik, artinya jika manusia dapat mengupayakan dan menggunakan semua “perhiasaan dunia” sesuai dengan aturan syariat, maka semua itu menjadi kebaikan dan memperoleh ridha Allah. Sebaliknya, jika didapatkan dan digunakan dengan cara yang haram, maka semua itu menjadi petaka bagi manusia.