
ZNEWS.ID JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bahwa pelaksanaan teknologi modifikasi cuaca selama beberapa tahun terakhir telah menjadi solusi yang langgeng dalam usaha mengendalikan bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia.
Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca BRIN, Budi Harsoyo, menyatakan bahwa fenomena El Nino yang terjadi tahun ini memiliki potensi untuk memicu bencana karhutla yang lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Sejak April, operasi teknologi modifikasi cuaca telah dilakukan secara serentak di beberapa provinsi yang rawan terhadap bencana karhutla, baik untuk tujuan pengembaban lahan gambut maupun pemadaman karhutla,” katanya, seperti diberitakan Antara.
Pemerintah telah mengumumkan status siaga darurat terhadap karhutla di tujuh provinsi, yaitu Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
Pelaksanaan teknologi modifikasi cuaca sebagai bagian dari upaya penanggulangan karhutla diatur dalam Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Karhutla.
BRIN telah berkolaborasi dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) untuk menjalankan usaha pembasahan lahan gambut di Indonesia. Saat ini, operasi tersebut sedang berlangsung di wilayah Kalimantan Tengah.
Pada awal Agustus 2023, fenomena El Nino yang semakin kuat dengan Indeks sebesar +1.04 menyebabkan cuaca menjadi lebih kering. Situasi ini berpotensi meningkatkan kemunculan titik panas yang menjadi sumber bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla).