Ilustrasi: Dompet Dhuafa bersama elemen masyarakat menggelar Aksi Solidaritas untuk Palestina di depan Gedung PBB Jl MH. Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (20/10/2023). (Foto: Dompet Dhuafa)

Oleh: Ngasiman Djoyonegoro (Analis Intelijen Pertahanan dan Keamanan, Rektor Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal)

ZNEWS.ID JAKARTA – Meluasnya perang Palestina-Israel kini menjadikan sekitar wilayah tersebut bak “neraka” yang menakutkan bagi masa depan perdamaian. Perang proksi kini bergeser menuntun para dalang di baliknya untuk turut serta bermain.

Tak menutup kemungkinan, proksi baru akan bergeser ke Indonesia. Israel mungkin tidak menyangka, pertempuran dengan Palestina di Gaza berlarut. Tidak seperti sebelumnya, hanya dalam hitungan hari atau pekan.

Sejak 7 Oktober 2023, peperangan dimulai, hingga hari ini masih belum menunjukkan titik penyelesaian. Tidak heran, perang kali ini menguras segala sumber daya yang dimiliki oleh kedua belah pihak, baik Israel maupun Palestina.

Bala bantuan dan logistik yang sedianya dikirim oleh mitra utama Israel, Amerika Serikat, disabotase di Laut Merah oleh sekutu Palestina, yaitu kelompok Houthi Yaman. Tercatat, hingga 14 Januari 2024, 50 kapal logistik dibombardir di tengah lautan.

Sejumlah kapal logistik bergeser ke jalur memutar ke Tanjung Harapan di Afrika Selatan. Dengan jarak tempuh 10 hari lebih lama, menyebabkan pembengkakan biaya transportasi logistik yang dapat menimbulkan potensi inflasi secara global.

Sementara dari jalur lain, ada Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) dan Pasukan Hizbullah di Lebanon dan Suriah yang siap melakukan perlawanan dan memblokade bantuan apapun kepada Israel. Maka, Israel menyerbu basis pasukan Hizbullah di Suriah dan Lebanon itu.

Pemain utama pemberi dukungan Palestina adalah Iran. Negara ini menyokong secara besar-besaran dengan menggerakkan kelompok proksi, yaitu Kelompok Houthi di Yaman dan pasukan Hizbullah berbasis di Suriah, Lebanon, serta Irak.

Iran merupakan negara yang memiliki dendam dengan AS dan tidak bisa dipandang sebelah mata. Kemunduran AS dari kesepakatan nuklir Iran pada 2019 menyisakan luka yang mendalam atas perlakuan tidak adil AS terhadap Iran, sementara Israel tidak dipermasalahkan oleh AS.

Bukan lagi “rahasia umum” Israel memiliki hulu ledak nuklir. Oleh karena itu, tak selang berapa lama dari kemunduran AS itu, Iran menyerang tanker-tanker internasional di dekat Selat Hormuz dan menghancurkan jalur pipa minyak Aramco Arab Saudi tanpa diketahui radar.

LEAVE A REPLY