
ZNEWS.ID JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra (OR Arbastra) bekerja sama dengan akademisi dan lembaga terkait dalam ekspedisi multidisiplin. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari budaya, bahasa, dan simbol-simbol kemaritiman masyarakat Bajo.
Herry Jogaswara, Kepala OR Arbastra, menjelaskan bahwa penelitian ini difokuskan pada masyarakat Bajo yang tersebar di berbagai wilayah, terutama di Nusa Tenggara Barat (NTB), termasuk Sumbawa dan Lombok.
Ade Mulyanah, Kepala Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas BRIN, menambahkan bahwa kegiatan ini menyoroti budaya etnis Bajo, yang sebagian besar hidup di laut atau di atas perahu.
“Mereka memiliki pengetahuan luas tentang bahari dan keterampilan menyelam, serta bekerja sebagai pengrajin yang memanfaatkan sumber daya laut,” ujarnya.
Ade juga menyampaikan bahwa penelitian mengenai suku Bajo telah dimulai oleh Pusat Riset Bahasa dan Sastra Komunitas pada 2022. Pada waktu itu, para peneliti BRIN melakukan kajian budaya dan bahasa suku Bajo di NTB untuk mengungkap kekayaan budaya dan bahasa lokal.
Dedi Supriadi Adhuri, peneliti dari Pusat Riset Masyarakat dan Budaya, menyatakan bahwa suku Bajo lebih dominan di wilayah timur Indonesia. Ia menggambarkan tantangan yang dihadapi masyarakat Bajo terkait budaya dan bahasa mereka, serta menekankan pentingnya mempertahankan warisan budaya mereka.
Dedi juga menjelaskan bahwa tidak ada data yang pasti tentang jumlah suku Bajo di Indonesia timur, namun diperkirakan ada sekitar 200.000 jiwa.
“Masyarakat Bajo sendiri menyebutkan bahwa jumlah mereka mungkin lebih besar,” katanya.