KONFLIK antara sayap militer Palestina, Hamas dan Israel belum usai, kini front pertempuran bergeser ke wilayah Lebanon antara milisi Hezbollah dukungan Iran dengan pasukan negara Yahudi itu.
Di Gaza, sampai Selasa, 9 Jan. sejak aksi balas dendam terhadap Hamas yang meluncurkan ribuan roket, menyusupkan pasukannya ke Israel selatan dan menewaskan 1.200 orang serta menyandera 240 warga sipil pada 7 Okt, ’23, aksi bombardemen Israel ke Gaza terus berlanjut.
Tercatat 249 warga Palestina yang tewas dan 510 orang terluka pada hari Selasa (9/1) , menambah total jumlah korban 23.084 orang tewas dan sekitar 59.000 luka-luka sebagian besar anak-anak dan perempuan.
Serangan udara Israel yang menewaskan tiga tokoh Hezbollah di Lebanon, Selasa menurut kantor-kantor berita transnasional (AP/AFP dan Reuters), dibalas serangan Hezbollah ke markas pasukan Yahudi (IDF) di Safed, Israel utara.
Pihak Hezbollah sendiri mengklaim, serangan yang dilancarkanya ke target-target di wilayah Israel sebagai aksi balas dendam atas kematian salah satu komandannya, Wisam Hassan al-Tawil dan petinggi Hamas, Saleh Muhammed al-Arouri di Lebanon selatan.
Tawil dibantai di tengah lawatan Menlu AS Antony Blinken ke kawasan Timur Tengah guna meredakan ketegangan kawasan akibat konflik Hamas dan Israel serta mencegah eskalasi perang.
Sebaliknya, Menlu Israel yang bernama Israel Katz mengonfirmasi keterlibatan pihaknya atas pembunuhan Tawil seperti ditayangkan oleh TV lokal Channel 14 dan dikutip di harian Jerusalem Post.
“Ini bagian dari perang, kami meyasar para operator Hezbollah dan infrastrukturnya serta sistem yang dibuat untuk mengganggu Israel, “ ujarnya.
Tawil yang merupakan komandan brigade Radwan, Hezbollah selama ini yang mengendalikan operasi milisi tersebut di Lebanon dan menjabat sejumlah posisi kunci lainnya.
Seorang pejabat Hezbollah pada Kantor Berita AP mengungkapkan, Tawil adalah tokoh penting dalam perang melawan Israel pernah terlihat bersama Komando Brigade al-Quds Gara Revolusi Iran Mayjen Qasem Soleimani yang tewas diserang drone Israel di Bandara Baghdad, 3 Januari 2020.
Sebagai anggota pasukan khusus Hezbollah, Tawil pernah menyusup ke Israel pada perang Juli, 2006, membunuh dua prajurit dan sejumlah prajurit lainnya. Peristiwa itu berujung konflik militer Hamas vs Israel selama sebulan, menewaskan 1.200 orang di Lebanon dan 160 orang di Israel.
Bergeming
Sementara Israel bergeming terhadap seruan dan kecaman int’l terhadap aksi brutal yang dilancarkan pasukannya untuk membumihanguskan wilayah Palestina di Jalur Gaza dengan dalih untuk membela diri.
PM Benjamin Netanyahu dan para pemimpin garis keras negara Yahudi itu agaknya berupaya tanpa ampun untuk melenyapkan kekuatan Hamas sampai ke akar-akarya sehingga tidak ada lagi potensi ancaman sekecil apa pun terhadap Israel.
Dalam beberapa pekan terakhir ini, Israel sudah menarik beberapa brigade pasukannya di front Gaza dengan alasan, intensitas perlawanan Hamas sudah jauh menurun, namun tentu saja perang belum berakhir, karena siapa yang bisa menaklukkan semangat dan tekad para syuhada.
Insiden-insiden kecil antara milisi Hezbollah di Lebanon dengan pasukan Israel bisa jadi strategi Hamas dan Hezbollah untuk membuka front baru bersama di Lebanon yang didukung keduanya ada Iran.
Perang berkepanjangan dengan mengerahkan pesawat-pesawat tempur, tank-tank dan dukungan puluhan ribu personil didukung peralatan dan sistem pertahanan canggih tentu menguras kocek anggaran Israel.
Perekonomian Israel, menurut Bloomberg, terkuras sampai 51 miliar dollar AS lebih (Rp 800-an triliun) untuk membiayai perang dengan Hamas sejak 8 Oktober ‘23
Sebaliknya Hamas dan warga sipil Palestina di Jalur Gaza kehilangan sarana dan prasarana umum dan rumah-rumah peribadatan yang luluh-lantak akibat bombardemen Israel, 23.000 lebih nyawa melayang dan 59.000 luka-luka.
Entah sampai kapan tragedi kemanusiaan di Timur Tengah akan berakhir, padahal perang hanya menimbulkan kesengsaraan dan kehilangan orang-orang terdekat yang dicintai dan banyak di antara mereka anak-anak, lansia atau perempuan tidak berdosa.