Oleh: Djoko Setijowarno (Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Wakil Ketua Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah MTI Pusat)
ZNEWS.ID JAKARTA – Pembangunan Tol Trans Jawa dirintis sekitar 40 tahun silam dan resmi terhubung pada 20 Desember 2018. Jalan tol ini membentang sepanjang 1.023 km dari Merak di Provinsi Banten hingga Probolinggo, Provinsi Jawa Timur.
Penyelenggaraan jalan tol di Indonesia telah berjalan cukup lama, dimulai dengan adanya jalan tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi). Tol Jagorawi dibangun pada 1975 dan dibuka pada 1978 (Bahfein dan Alexander, 2021).
Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1978, pemerintah mengalihkan kewenangan pengelolaan, pemeliharaan, dan pengadaan jalan tol, termasuk tol Jagorawi, kepada PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
Hingga Mei 2024, panjang jalan tol yang beroperasi telah mencapai 2.868,3 km. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), target pembangunan jalan tol pada 2019-2024 adalah 2.500 km.
Guru Besar ekonomi Universitas Gadjah Mada Wihana Kirana Jaya menyebutkan konektivitas jalan tol Jakarta-Surabaya, dua kota terbesar di Indonesia, resmi terwujud 2018.
Namun, penuntasan konektivitas jalan tol yang menghubungkan ujung barat Pulau Jawa di Cilegon dan ujung timur di Banyuwangi diperkirakan baru akan terwujud pada 2024.
Diperkirakan, sebanyak 13 kota baru berbasis industri bakal dibangun dalam kurun waktu 10 – 30 tahun mendatang di wilayah Jawa Barat, tepatnya di Kawasan Rebana (Cirebon-Patimban-Kertajati).
Kawasan ini telah didukung adanya Bandara Internasional Kertajati di Majalengka dan Pelabuhan Patimban di Subang. Sementara di Jawa Tengah terbangun PT Kawasan Industri Kendal dan Kawasan Industri Terpadu Batang.
Pembangunan infrastruktur pada hakekatnya untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah untuk mengurangi ketimpangan ekonomi yang cukup tinggi, salah satunya melalui jalan tol. Pembangunan jalan tol akan memberikan manfaat bagi masyarakat dan multiplier effects bagi perekonomian.