“Dan mereka mengatakan, hidup hanyalah kehidupan kita di dunia ini saja, dan kita sekali-sekali tidak akan dibangkitkan.”
(QS al-An’am: 29)
ZNEWS.ID JAKARTA – Apakah kita pernah merenungkan bahwa kehidupan hanya terbatas pada dunia ini dan tidak ada hari kebangkitan setelah kematian? Jika demikian, kita mungkin terjebak dalam pandangan materialistik di mana segala hal dinilai berdasarkan materi.
Keberhasilan diartikan sebagai pencapaian materi, di mana semakin banyak harta berarti semakin sukses. Namun, ketika gaya hidup menjadi lebih mewah, fasilitas semakin lengkap, posisi semakin tinggi, dan penampilan semakin menarik, apakah itu benar-benar merupakan kesuksesan?
Sama sekali tidak! Pandangan materialistik manusia sangat berbeda dengan realitas sejati dunia ini. Allah telah mengajarkan melalui Al-Qur’an bahwa dunia ini hanya tempat sementara di mana manusia diuji. Sehingga, parameter keberhasilan diukur dari sejauh mana manusia mampu menghadapi berbagai ujian tersebut dengan baik.
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di Bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (QS Al-Kahfi: 7)
Beda dengan konsep matrealistis yang menargetkan emas, perak, kendaraan terbaik, properti, wanita, serta anak-anak keturunan sebagai tujuan hidup, orang yang paham mengenai konsep hidup dalam Islam akan menargetkan keridaan Allah dan tempat kembali yang baik setelah kematian.
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Al-Imran: 14)
Hal ini berimbas pada cara hidup yang dipilih. Manusia matre akan menghalalkan segala cara untuk mencapai targetnya, sedangkan manusia yang beriman akan melakukan segala cara halal untuk merebut posisi di surgaNya.