
Oleh: Yudi Latif (Anggota Dewan Pembina Dompet Dhuafa)
ZNEWS.ID JAKARTA – Saudaraku, langit pagi di ujung Ramadan seperti menghamparkan gemuruh doa. Di antara desir angin dan gemetar cahaya fajar, hati bergetar dalam rindu suci—rindu akan pangkuan yang melahirkan, rindu akan rahim yang mencipta.
Seperti ombak yang mencari bibir pantai, kita pun bergegas pulang, meniti jembatan rindu menuju keheningan yang lama menunggu.
Idulfitri bukan sekadar hari. Ia adalah gerbang cahaya, tempat jiwa kembali dari pengembaraan panjang. Sepanjang bulan suci, kita telah menelusuri jalan-jalan ke dalam diri, mengikis debu dosa, mencuci luka-luka lama.
Kini, saatnya kembali kepada keheningan yang murni, kembali kepada cahaya yang menghangatkan dada.
Di jalan-jalan desa, anak-anak berlarian dengan mata berbinar, seperti bintang-bintang kecil yang menyala di langit malam.
Wajah-wajah tua yang berkerut oleh rindu menyambut dengan pelukan hangat. Di setiap jabat tangan, ada kepulangan yang tak terkatakan, ada maaf yang mengalir, meluruhkan retak dan jarak yang memisahkan.
Di meja makan, hidangan sederhana menjadi saksi bahwa cinta adalah rasa yang tak pernah pudar. Ketupat yang dianyam dengan kesabaran ibu dan opor yang diaduk dengan doa adalah wujud kasih yang tak lekang oleh waktu.
Seperti itulah negeri ini, seharusnya: anyaman tangan-tangan yang tulus, semangkuk persaudaraan yang tak pernah habis dibagi.
Kampung halaman sejati ada dalam hati yang bersih, dalam jiwa yang kembali pada-Nya, dalam negeri yang saling memaafkan, saling mengasihi, dan menjaga kebersihannya.
Kepulangan kita bukan hanya ke rumah, tapi ke rahim Ilahi. Ke kesucian yang abadi, ke negeri yang bersih dari korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan perampasan sumber daya bersama.
Seindah fitrah yang baru terlahir, negeri ini harus dijaga agar tetap suci, agar keadilan dan kasih sayang tidak sekadar janji, tetapi nyata dalam setiap napas kehidupan.
Di gang kumuh perkotaan dan gubuk pedesaan, ada jerit pengharapan bahwa Idulfitri bukan hanya tentang kain baru dan kenduri meriah, tetapi juga tentang keadilan dan harapan hidup lebih layak.
Semoga kita benar-benar pulang. Pulang ke hati yang bersih, negeri yang adil, dan dunia yang penuh kasih sayang.