Ilustrasi: Dompet Dhuafa bersama elemen masyarakat menggelar Aksi Solidaritas untuk Palestina di depan Gedung PBB Jl MH. Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (20/10/2023). (Foto: Dompet Dhuafa)

Oleh: M Fuad Nasar (Mantan Sesditjen Bimas Islam saat ini Kepala Biro AUPK UIN Imam Bonjol Padang)

ZNEWS.ID JAKARTA – Pejuang kemerdekaan dan mantan Menteri Luar Negeri RI yang pernah menjabat Duta Besar untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) almarhum Dr H Roeslan Abdulgani mengungkapkan bahwa tidak dapat dibantah bahwa masalah Palestina adalah masalah yang paling tragis sejak permulaan abad ke-20.

Suatu bangsa yang tak berdosa diteror dan diusir dari tanah airnya sendiri oleh kekuatan-kekuatan asing, yang ingin membangun di Timur Tengah suatu pangkalan politik dan militer untuk memecah-belah Nasionalisme Arab dan membendung kebangkitan Islam.

Pernyataan di atas disampaikan Cak Roeslan dalam Seminar memperingati Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina yang disponsori UNIC Jakarta dan Panitia Indonesia Pembantu Pembebasan Palestina dan Masjidil Aqsa tahun 1987.

Palestina adalah negara yang sah, tetapi sebagian wilayahnya diduduki Israel. Negara Israel diproklamirkan di daerah Palestina semenjak 1949. Israel tak pernah berhenti memperluas wilayahnya. Pertempuran yang membawa kekalahan beberapa kali terjadi di pihak Palestina. Kecurigaan dan kabar bohong (hoax) sangat cepat memancing aksi kekerasan sehingga makin memperkeruh situasi konflik.

Sesuai sunnatullah di dunia ini tak ada yang abadi dan langgeng, kecuali ketidakabadian itu sendiri. Sekian dekade yang lampau Yasser Arafat (1929 – 2004) simbol perjuangan rakyat Palestina menghadapi zionis Israel kepada sahabatnya dari Indonesia Drs H Lukman Harun mengatakan kapan berakhirnya perjuangan pembebasan Palestina terserah kepada Allah. Mungkin 10, 20, 100 ataupun 1000 tahun. Pokoknya rakyat Palestina akan berjuang terus dari satu generasi ke generasi sampai terwujudnya negara Palestina.

Indonesia tak pernah lelah mendukung perjuangan bangsa Palestina. “Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, selama itulah bangsa Indonesia berdiri menentang penjajahan Israel.” tegas Presiden Pertama Republik Indonesia Soekarno.

BACA JUGA  Dompet Dhuafa Kembali Hadirkan Ambulans untuk Rumah Sakit di Gaza Utara

Penghargaan dan perlindungan kemanusiaan ternistakan selama puluhan tahun konflik Palestina dan Israel. Dalam perspektif Hak Asasi Manusia (HAM), hak untuk hidup adalah hak setiap manusia yang tidak boleh dihilangkan dalam situasi apa pun. Orang bijak mengatakan, cacing sekali pun kalau diinjak pasti melawan.

Dari sudut teo-antroposentris, Israel mungkin tidak menyadari bahwa yang mereka lakukan sebetulnya menentang kitab sucinya sendiri. Tidak ada hak suatu bangsa untuk menghukum dan bertindak sewenang-wenang kepada bangsa lain karena rasa chauvinisme yang sempit.

LEAVE A REPLY