Ilustrasi Jihad Merawat Kemerdekaan, Catatan Refleksi Kemerdekaan ke-78 RI. (Foto: Unsplash)

Oleh: Asrorun Ni’am Sholeh (Guru Besar Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

ZNEWS.ID JAKARTA – Rasa syukur hendaknya senantiasa kita ungkapkan manakala perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) diperingati setiap 17 Agustus.

Tidak terasa, umur Indonesia sudah menginjak 78 tahun, artinya sudah banyak menorehkan sejarah, pengalaman, prestasi, suka dan duka, serta harapan kita secara kolektif sebagai warga negara.

Lebih 5 tahun berturut, setiap 1 Agustus, Presiden RI memulai bulan kemerdekaan dengan Zikir Akbar di Istana Negara. Ini sebagai bentuk kesyukuran dan kesadaran tentang hakekat kemerdekaan yang kita rayakan hari ini, tidak lain dan tidak bukan adalah karena rahmat dan karunia Allah SWT.

Jihad adalah kata kunci ketika pekik takbir Bung Tomo mempertahankan Surabaya dari kembalinya negara-negara penjajah. Ini salah satu buah dari peran Rais Akbar (Pemimpin Tertinggi) Nahdhatul Ulama Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy’ari yang melahirkan Resolusi Jihad.

Di kemudian hari, untuk memperingati momentum heroik itu, lahir Hari Santri yang diperingati secara nasional pada 22 Oktober setiap tahunnya. Ditetapkan juga oleh Presiden Joko Widodo.

Penerus bangsa harus meneruskan jihad merawat kemerdekaan ini. Sebuah makna yang dalam dan penuh dengan tafsir kontemporer dalam pelaksanaannya. Jihad yang berarti bersungguh-sungguh sangat relevan diterapkan dalam setiap lini kehidupan manusia untuk menjaga dan meneruskan perjuangan kemerdekaan.

Seorang guru berjihad ketika dia berangkat ke sekolah untuk mengajar siswa-siswi mereka. Seorang dokter juga berjihad ketika ke rumah sakit untuk mengobati pasien. Seorang polisi pun berjihad ketika tiba di kantornya untuk mengatasi berbagai tumpukan pekerjaan yang harus diselesaikan.

Demikian juga tentara, pengacara, aparatur sipil negara, dan jabatan lainnya, sesungguhnya mereka bisa disebut sebagai mujahid manakala menuntaskan amanah yang diberikan kepada mereka.

LEAVE A REPLY