
ZNEWS.ID JAKARTA – Dalam Al-Qur’an surah Ad-Dhuha, Allah SWT dengan tegas melarang umat Islam berlaku sewenang-wenang terhadap anak yatim, termasuk tidak boleh menghardiknya. Pasalnya, anak yatim selalu berada dalam penjagaan dan perlindungan-Nya.
Bahkan, Allah berkata bahwa siapa pun yang menghardik anak yatim, orang tersebut telah mendustakan agamanya.
Meskipun menjadi golongan orang yang diutamakan dan disayang oleh Allah SWT, namun siapa yang berharap terlahir sebagai anak yatim? Tentu tidak ada. Anak yatim harus rela hidup tanpa figur seorang ayah, yang membuat masa pertumbuhannya kurang lengkap.
Selain tak bisa merasakan kasih sayang dari seorang ayah, anak-anak yatim juga tak tahu rasanya dijaga dan dibantu oleh sosok kepala keluarga saat membutuhkan pertolongan dan sandaran.
Oleh karena itu, tak heran jika Allah SWT tampak “mengistimewakan” anak yatim hingga meminta umat-Nya untuk menyayangi dan menyantuni mereka.
Sejalan dengan perintah Allah, Nabi Muhammad SAW juga meminta umatnya untuk memuliakan anak-anak yatim, bahkan Rasul menyebut bahwa orang-orang yang menyayangi anak yatim adalah orang yang baik budinya dan berakhlak mulia.
Perkataan Rasul itu tertuang dalam hadis riwayat Ahmad dan Abu Dawud yang berbunyi:
“Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam kejahiliyahan, laksanakan pula ia dalam masa keislaman. Jamulah tamu, muliakanlah anak yatim, dan berbuat baiklah kepada tetangga.” (HR. Ahmad & Abu Dawud)