Jemaah haji berkumpul di Padang Arafah untuk melaksanakan wukuf yang merupakan salah satu rukun haji. (Foto: ANTARA/Hanni Sofia)

Oleh: M. Noor Harisudin (Dekan Fakultas Syariah UIN KHAS Jember, Guru Besar UIN KHAS Jember, Ketua Komisi Pengkajian Penelitian dan Pelatihan MUI Jawa Timur dan PPIH Kloter SUB 55 Tahun 2023)

ZNEWS.ID JAKARTA – Selasa 27 Juni 2023, jemaah haji sedunia bersama-sama melakukan wukuf di Arafah, Makkah (9 Zulhijah 2023). Mereka mulai masuk ke tanah Arafah sejak 26 Juni 2023. Para jemaah haji dibiarkan ‘lusuh’ menghadap Allah SWT.

Lusuh memperlihatkan wajah asli manusia yang masih original tanpa make up apapun. Inilah, dalam hemat saya, hakikat puncak haji, wukuf di Arafah, 9 Zulhijah 1444 H. Bersimpuh di hadapan sang pencipta dalam bentuknya yang masih asli, tanpa make up dan tedeng aling apapun.

Di tanah gersang yang panas itu, tak ada yang mulia sebagai manusia. Di hadapan-Nya, semua sama. Ketika mulai melewati miqat, semua harus menanggalkan pakaian biasa dan diganti dengan pakaian ihram.

Sebagaimana maklum, pakaian menunjukkan status sosial, preferensi dan perbedaan tertentu. Di miqat makani, perbedaan tersebut harus ditanggalkan seiring dengan menanggalkan secara ruhaniah apa yang menjadi pembeda status sosial, ekonomi, maupun profesi.

Dari miqat ini pula, tempat di mana ritual ibadah haji dimulai, kata Ali Syariati (2007), seorang manusia– apapun ras dan sukunya harus ditanggalkan.

Dalam bahasa Ali Syariati, semua pakaian yang dikenakan sehari-hari yang membedakan sebagai serigala (yang melambangkan kekejaman dan penindasan), tikus (yang melambangkan kelicikan), anjing (yang melambangkan tipu daya), atau domba (yang melambangkan penghambaan) juga harus ditinggalkan.

Semua ditinggalkan ketika miqat dan seorang haji berperan sebagai manusia yang sesungguhnya. Di miqat, dengan mengenakan dua helai pakaian berwarna putih-putih, seorang yang melaksanakan ibadah haji akan merasakan jiwanya dipengaruhi oleh pakaian ini.

LEAVE A REPLY