Dompet Dhuafa Jatim menyalurkan bantuan air bersih ke Desa Kunjorowesi, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, sebanyak 25.000 liter untuk membantu 1.200 jiwa yang tinggal di sana, Jumat (1/9/2023). (Foto: DD Jatim)

ZNEWS.ID MOJOKERTO – Sebanyak 7.587 warga di 3 desa di kaki Gunung Penanggungan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur (Jatim), saat ini sedang menghadapi krisis air bersih. Hal ini membuat kondisi darurat akibat bencana kekeringan menguat.

Diketahui, upaya untuk membuat sumur dalam di wilayah tersebut gagal dilaksanakan, karena kondisi tanah yang penuh dengan batuan. Kini, warga bergantung pada bantuan pendistribusian air bersih.

“Ini sudah menjadi masalah sejak saya kecil, sumber air bersih sangat langka,” jelas Nawi, salah satu warga setempat yang mengakui bahwa setiap musim kemarau, mereka mengalami kesulitan pasokan air bersih.

Dompet Dhuafa Jatim menyalurkan bantuan air bersih ke Desa Kunjorowesi, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, sebanyak 25.000 liter untuk membantu 1.200 jiwa yang tinggal di sana, Jumat (1/9/2023). (Foto: DD Jatim)

Setiap hari, Nawi dan keluarganya mengumpulkan air hujan dan menyimpannya di berbagai tempat penampungan di setiap sudut perkampungan.

“Air hujan kami simpan dalam tandon, sehingga bisa digunakan untuk memasak dan mandi,” katanya.

Dompet Dhuafa Jatim menyalurkan bantuan air bersih ke Desa Kunjorowesi, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, sebanyak 25.000 liter untuk membantu 1.200 jiwa yang tinggal di sana, Jumat (1/9/2023). (Foto: DD Jatim)

Menurutnya, untuk bisa mendapatkan air selama musim kemarau, mereka harus membelinya dari pemasok.

“Kami harus membeli air seharga lima ribu rupiah per jerigen, dan mengambilnya di bawah,” ujarnya.

LEAVE A REPLY