Penandatanganan MoU antara Dompet Dhuafa dan Yayasan Pendidikan Wartawan Jawa Timur (YPWJT) yang dikemas dengan model budaya. (Foto: Dompet Dhuafa)

Oleh: Dr Drs Suprawoto SH MSi (Bupati Magetan Periode 2018-2023)

ZNEWS.ID JAKARTA – Pada 7 Desember 1990, secara resmi berdiri Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI). Dan, pada saat itu juga, secara aklamasi disetujui kepemimpinan tunggal dan terpilih BJ Habibie sebagai Ketua Umum ICMI yang pertama.

Mulai awal pembentukan di masa Orba inilah, kiprah ICMI demikian terasa dalam kiprah sosial dan politiknya. Bahkan, pada 4 Januari 1993, organisasi ini berhasil menerbitkan koran harian Republika.

Nama koran ini adalah atas saran Presiden Soeharto ketika para pengurus ICMI menghadap beliau, minta restu untuk mendirikan koran. Awalnya, koran yang akan terbit dinamakan Republik, namun oleh presiden disarankan untuk dinamakan Republika.

Awal terbit, Republika langsung mendapat sambutan masyarakat luar biasa. Untuk meningkatkan oplah koran dan upaya menarik minat masyarakat membeli saham, pada 21 Juni 1993, bertepatan dengan 1 Muharam 1414, di Stadion Kridosono Yogyakarta diselenggarakan Tablig Akbar, dihadiri Pemimpin Umum/Pemred Republika, Parni Hadi, Dai Sejuta Umat, alm. Zainuddin MZ, serta Raja Penyanyi Dangdut H Rhoma Irama.

Sejak saat itu, oplahnya terus meningkat. Bahkan, pernah mencapai lebih dari 200 ribu eksplar setiap terbit. Menjadikan koran Republika menjadi koran terbesar kedua oplahnya di Indonesia.

Setelah acara Tablig Akbar, terjadi pertemuan kecil antara pimpinan Republika dengan Corps Dakwah Pedesaan (CDP). CDP adalah lembaga nirlaba yang diiniasiasi oleh mahasiswa UGM untuk membantu masyarakat miskin di Gunungkidul dengan cara menyisihkan uang saku para mahasiswa.

Tergerak dengan gerakan tersebut, Parni Hadi kemudian mencari cara bagaimana koran ini dapat menggalang dana umat untuk ikut mengentaskan kemiskinan. Daftar nama penyumbang pertama dimuat di halaman pertama edisi 2 Juli 1993.

LEAVE A REPLY