
ZNEWS.ID JAKARTA – Glaukoma adalah penyakit yang memiliki risiko kebutaan kedua tertinggi di dunia setelah katarak. Berbeda dengan katarak yang dapat diobati, glaukoma memiliki karakteristik permanen.
Angka kejadian kebutaan global akibat glaukoma seringkali terkait dengan kurangnya pemahaman mengenai penyakit ini. Oleh karena itu, deteksi dini glaukoma sangat penting untuk mencegah perkembangan kebutaan akibat glaukoma.
Glaukoma merujuk pada gangguan penglihatan yang disebabkan oleh tekanan tinggi di dalam bola mata. Kenaikan tekanan tersebut merusak saraf optik dalam mata.
Saraf optik merupakan sekumpulan saraf yang menghubungkan retina dan otak. Kerusakan pada saraf optik oleh glaukoma dapat menyebabkan kebutaan permanen, karena integritas saraf optik sangat penting untuk penglihatan yang baik.
Glaukoma dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara produksi dan pembuangan cairan di dalam mata. Biasanya, tekanan bola mata tidak melebihi 20mmHg.
Menurut studi, tidak semua individu dengan tekanan mata tinggi mengalami glaukoma. Sebaliknya, glaukoma dapat terjadi pada individu dengan tekanan mata normal, karena setiap orang memiliki toleransi tekanan mata yang berbeda.
Beberapa kondisi atau faktor yang dapat memicu glaukoma meliputi riwayat keluarga, usia, ketebalan kornea, hipertensi, diabetes, serta tingkat miopia yang signifikan.