Oleh: Emi Indra (Guru PAI SMPN 1 Palu, Sulawesi Tengah)
ZNEWS.ID JAKARTA – Beberapa waktu terakhir, berita mengenai guru yang dilaporkan ke polisi hanya karena menegur muridnya semakin sering terdengar. Fenomena ini mencerminkan ketegangan yang kian meningkat antara orang tua, siswa, dan guru dalam dunia pendidikan.
Di tengah upaya kami untuk mendidik dan membimbing, sering kali kami dihadapkan pada tantangan berat: bagaimana menyampaikan kasih sayang dalam bentuk teguran tanpa disalahpahami.
Keberadaan kami sebagai guru, yang seharusnya menjadi pemandu dan pelindung, kini terkadang dipandang sebagai ancaman. Akan tetapi, di balik setiap teguran yang kami berikan, terdapat cinta yang tulus dan harapan untuk masa depan anak-anak.
Hakikat seorang guru adalah sebagai pelita yang menerangi jalan gelap, pemandu yang setia dalam setiap langkah kecil dari murid. Dengan hati yang penuh harapan, kami berusaha menanamkan bukan hanya ilmu, tetapi juga nilai-nilai luhur yang akan menjadi bekal hidup mereka.
Ketika kami memberikan teguran, itu adalah ungkapan cinta yang mendalam. Setiap kata yang kami ucapkan adalah undangan dan imbauan bagi anak-anak untuk merenung, memahami kesalahan, dan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Namun begitu, sering kali niat baik kami disalahartikan.
Kami ingin orang tua tahu bahwa setiap teguran yang kami sampaikan adalah refleksi dari cinta kami. Kami tidak ingin menjadi sosok yang menakutkan; kami adalah sahabat yang membantu anak-anak menemukan jalan yang benar. Namun demikian, ketika kemarahan menggantikan pengertian, kami merasa terasing.
Dalam situasi yang penuh ketegangan ini, kami merindukan dialog yang hangat, di mana kami bisa berbagi visi untuk kebaikan anak-anak. Ketika orang tua dan guru dapat berkolaborasi, kami percaya bahwa anak-anak akan mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk berkembang.