BANDA ACEH – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto menyebut bahwa Indonesia dilanda 10 kali bencana dalam sehari, terlihat dari jumlah ribuan bencana yang terjadi setiap tahunnya.
Pernyataan itu disampaikannya dalam pidato penutupan rangkaian kegiatan peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) 2024 di Balai Meuseuraya Aceh, Banda Aceh.
Suharyanto mengatakan, angka peristiwa bencana di Indonesia setiap tahunnya sangat fluktuatif, di mana pada 2021 sebanyak 4.042 kali bencana.
Kemudian, pada 2022 sedikit mengalami penurunan menjadi 3.544 kali. Lalu, kembali meningkat pada 2023 yakni mencapai 5.400 kali bencana. Sehingga, jika di rata-rata lebih kurang sampai 10 kali per harinya.
Karena itu, kata dia, jangan heran ketika hari ini BNPB melaksanakan acara seremonial di Banda Aceh, tetapi tiga kabupaten di Aceh juga sedang mengalami musibah bencana.
“Sekarang mungkin di Riau, Palembang, dan Kalimantan Tengah BNPB sedang sibuk memadamkan api, ada kebakaran hutan dan lahan di sana. Sementara di Aceh masih ada banjir dan longsor. Itulah realita yang tidak bisa kita hindari,” ujarnya.
Ia menuturkan, pada dasarnya semua pihak tidak bisa mencegah terjadinya bencana alam, terutama bencana gempa bumi dan tsunami atau gunung meletus.
Apalagi, sampai hari ini belum ditemukan teknologi yang dapat memperkirakan dengan pasti kapan bencana gempa bumi dan tsunami terjadi.
Maka dari itu, upaya yang harus dilakukan bersama adalah bagaimana berusaha untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari sebuah peristiwa bencana alam tersebut.
Kata dia, upaya menekan dampak bencana terbilang berhasil, terlihat dari jumlah korban, baik yang meninggal, luka-luka, rumah masyarakat yang rusak, infrastruktur rusak, sudah mulai menunjukkan penurunan.
“Untuk 2024, alhamdulillah meskipun masih ada beberapa bulan lagi ke depan, memang ada kebakaran hutan dan lahan yang belum kita hitung. Tapi kita pastikan lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya, ini berkat kerja keras kita semua,” ujar Suharyanto.