Ilustrasi: Seorang warga membersihkan batok kelapa sebelum proses pembuatan arang tempurung di Desa Suak Ribe, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Jumat (15/11/2019). (Foto: Antara Aceh/Syifa Yulinnas)

Oleh: Sugiarso (Koordinator Papuan Bridge Program PT Freeport Indonesia; Mahasiswa Program Doktor Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Surabaya)

ZNEWS.ID JAKARTA – Kalimat “bathok bolu isi madu” adalah ungkapan peribahasa Jawa. Kata bathok artinya tempurung kelapa, bolu (bolong telu) artinya lubang tiga, dan isi madu berarti berisi madu. Secara harfiah, peribahasa ini berarti tempurung kelapa lubang tiga berisi madu.

Secara istilah bermakna bahwa tampilan fisiknya (luarnya) tidak bernilai, namun setelah isinya dibuka, ternyata isinya sangat bernilai sekali

Peribahasa “bathok bolu isi madu” ini bukan sekadar peribahasa semata, namun mengandung nilai-nilai pengetahuan dan peradaban.

Sebagai realitas fisik, bathok memiliki sifat-sifat fisik, seperti listrik, mangnet, optik, dan mekanik.

Sementara bathok bisa dipandang bukan pada fisiknya, namun pada ide, mental, ruh, jiwa, dan aspek nonfisik lainnya.

Inilah pandangan ideal bahwa bathok itu hanyalah konstruksi mental atau ide saja. Bathok, secara fisik itu tidak ada, kecuali adalah ide, jiwa, sifat, mental, dan nilai-nilai immaterial.

Bathok tidak terlepas dari perspektif dan pemikiran, tidak independen dengan manusia.

Filsafat Realisme

Bagi pemikir realisme, bathok itu adalah konsep yang nyata. Bathok merupakan bagian sistem perkelapaan. Sebagai konsep, kata bathok merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu; menjadi alat komunikasi manusia dan memungkinkan manusia berpikir dan menghasilkan gagasan.

Bathok memiliki rentang karakteristik koordinat, superordinat, maupun subordinat. Cikal, krambil, degan, cengkir, bluluk, dan manggar merupakan superordinat dari bathok.

Sementars sepet, air kelapa, daging kelapa, tangkai kelapa, janjang, dan tapas menjadi koordinatnya.

LEAVE A REPLY