JAKARTA – Pada dasarnya, tubuh membutuhkan garam. Garam bermanfaat dalam menjaga keseimbangan cairan, mengatur tekanan darah, membantu penyerapan dan transportasi nutrien, serta berperan dalam kontraksi dan relaksasi otot.
Selain itu, garam juga berperan mengatur cairan di dalam darah dan menjaga keseimbangan cairan tubuh. Namun, perlu diingat bahwa konsumsi garam berlebihan berpotensi membahayakan.
Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PB PERNEFRI) dr. Pringgodigdo Nugroho, Sp.PD-KGH, menyampaikan bahwa konsumsi garam berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk meningkatkan risiko terkena Penyakit Ginjal Kronis (PGK).
Pringgodigdo, yang juga merupakan Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa kelebihan garam dapat menyebabkan hipertensi, yang merupakan pemicu utama PGK.
“Kebanyakan makan garam itu hubungannya dengan hipertensi. Jadi, kandungan garam yang tinggi di dalam pembuluh darah akan menarik cairan lebih banyak di dalam pembuluh darah. Tekanan darah jadi meningkat dan terjadi hipertensi, lama kelamaan menjadi penyakit ginjal kronik,” kata Pringgodigdo, dilansir dari Antara.
Masyrakat, khususnya yang mengalami masalah ginjal, kurangi konsumsi garam harian. Ia merekomendasikan agar kandungan natrium dalam garam tidak melebihi dua gram per hari atau takaran garam dapur kurang dari lima gram per hari.
Olahraga menjadi upaya efektif menjaga kesehatan tubuh, termasuk mengatasi hipertensi dan masalah ginjal.
“Tidak harus olahraga berat yang penting rutin melakukan aktivitas fisik. Misal, berjalan 10 ribu langkah per hari,” kata dia.
Penyakit ginjal perlu diwaspadai dengan serius karena gejalanya sering tidak terdeteksi hingga mencapai stadium tinggi.
“Belum, belum ada (gejala yang terlihat untuk penyakit ginjal). Salah satu gejalanya kalau urin berbusa, tapi kalau sudah berbusa itu sudah terlambat, kalau yang belum parah, biasanya tidak ada tanda-tandanya, makanya perlu pemeriksaan rutin ke dokter,” tutur Pringgodigdo.
Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko seperti merokok, menjaga pola makan yang sehat, menghindari faktor risiko lainnya seperti konsumsi alkohol berlebihan dan stres.