
ZNEWS.ID JAKARTA – Sari, busana adat yang mencerminkan nilai kehormatan, keanggunan, dan keragaman budaya, memiliki sejarah yang kaya selama berabad-abad, serta mencerminkan seni India. Sari berakar pada evolusi peradaban, perdagangan, dan kompleksitas interaksi budaya.
Seperti dilansir oleh TimesofIndia, meskipun waktu pasti munculnya Sari sulit ditentukan, akarnya dapat ditemukan pada masa India kuno, sekitar 2800-1800 Sebelum Masehi (SM). Atau, saat peradaban Lembah Indus yang terletak di wilayah Pakistan dan India barat.
Penemuan dari Lembah Indus mengungkapkan patung dan patung yang menunjukkan kain melingkar yang sangat menyerupai Sari modern. Penggambaran awal ini menggambarkan pakaian yang membungkus tubuh dengan teknik tekstil canggih yang dimiliki oleh India kuno.
Seiring dengan perkembangan sejarah India, evolusi Sari berlangsung. Masa Veda (1500-500 SM) membawa perubahan dalam gaya berpakaian, dengan mengacu pada pakaian wanita yang terbuat dari kain tanpa jahitan. Kata “Sari” sendiri diduga berasal dari kata Sanskerta “Sattika”, yang mengacu pada sepotong kain yang dibalutkan di sekitar tubuh.
Inilah awal Sari seperti yang kita kenal sekarang, ditandai dengan bentuknya yang tak dijahit dan fleksibilitas kain. Selama berabad-abad, berbagai dinasti dan kerajaan seperti Maurya, Gupta, dan Mughal, memberikan kontribusi pada perkembangan Sari dengan mempengaruhi desain, jenis kain, dan polanya.
Masa Mughal, khususnya, memiliki peran penting dalam membentuk estetika Sari. Dinasti Mughal memperkenalkan sulaman rumit, kain mewah seperti sutra, dan perpaduan elemen desain Persia dan India, yang melahirkan gaya ikonik yang dikenal sebagai “zari” atau “zardozi”.
Pada periode ini, Sari tidak hanya menjadi pakaian fungsional, tetapi juga menjadi media ekspresi artistik. Seiring dengan berkembangnya jalur perdagangan dan interaksi budaya, pengaruh Sari meluas.
Sari menemukan jalannya ke berbagai daerah di India, masing-masing memberikan busana dengan nuansa yang berbeda. Misalnya, gaya Gujarat menampilkan warna cerah dan hiasan kaca, sementara gaya Bengali menekankan tekstur yang kaya dan detail hiasan.