ESKALASI ketegangan di kawasan Timur Tengah yang tak pernah sepi konflik tak terelakkan setelah kekuatan gabungan Amerika Serikat dan Inggeris melancarkan serangan ke sejumlah target milisi Houthi di Yaman, Jumat (12/1).
Serangan tersebut dilakukan untuk merespons serangan rudal, dron dan kapal-kapal kecil milik Houthi terhadap puluhan kapal niaga yang sedang melintas di Laut Merah, Rabu (10/1) lalu.
Tidak dilaporkan adanya kapal-kapal niaga yang rusak atau karam akibat serangan besar-besaran milisi Houthi yang menyasar kapal-kapal yang berafiliasi dengan Israel, menuju atau berlayar dari negara Yahudi itu.
Aksi serangan Houthi merupakan protes terhadap bombardemen Israel ke wilayah Jalur Gaza, Palestina sejak 8 Oktober lalu sampai hari ini yang sudah menewaskan lebih 23.000 penduduk Gaza dan 60.000-an luka-luka.
Yang langsung berdampak akibat konflik di Laut Merah yakni naiknya tarif angkutan barang, misalnya dari Asia ke Eropa utara dua kali lipat menjadi 4.000 dollar AS (sekitar Rp62 juta) per kontainer.
Tarif angkutan barang dari Afrika ke Pantai Timur Amerika sebesar 55 persen menjadi 3.900 dollar AS (Rp60 juta) dan ke Pantai Barat 63 persen menjadi 2.700 dollar AS (sekitar Rp42 juta) per kontainer. Harga minyak mentah pun dilaporkan mulai merambat naik.
Sementara AS dan sekutu-sekutunya seperti dilaporkan TV Houthi (12/1) melancarkan serangan rudal dari kapal-kapal perang dan kapal selam yang sudah berada di Laut merah dan pangkalan jet-jet tempurnya di Bahrain menyasar pangkalan udara ibu kota Yaman, Sanaa dan bandara di kota Taez, Hodeida dan Abs dan markas militer di kota Saadha.
Kecaman dari Kawasan
Menlu Jordania Ayman Safadi menilai, konflik baru ini terjadi akibat buntut kegagalan komunitas int’l mencegah bombardemen Israel ke Gaza, sedangkan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan menuding AS dan Inggeris ingin menjadikan Timur Tengah jadi lahan pertumpahan darah.
Menumpuknya alusista canggih dari kubu AS seperti pesawat- Lightning II F-35, heli serang (Apache AH-64, Black Hawk U-60), kapal selam dolpin (Inggeris) , rudal-rudal dan bom pintar juga bakal memicu uji coba persenjataan di kawasan.
Sementara milisi Houthi beraliran Syiah dukungan Iran dan Libya yang dibentuk pada 1990-an berkekuatan sekitar 100.000 personil, dipersenjatai rudal-rudal seri Fajr eks-Iran dan rudal-rudal anti tank seperti Kornet, Malyutka dan Konkurs jiplakan eks-Uni Soviet.
Perang juga bakal menjadi ajang promosi pemasaran alusista oleh para produsen dan memperdalam krisis ekonomi global akibat terganggunya rantai pasok komoditi seperti terjadi pada perang Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung. (AFP/Reuters/ns).