
ZNEWS.ID JAKARTA – Banyaknya informasi yang beredar saat ini terkait Covid-19 terkadang membuat kesehatan fisik dan mental kita melemah. Padahal, informasi itu belum tentu benar, namun karena yang menyebarkan kadang adalah orang atau platform yang kita percaya kita cenderung menelannya langsung.
Bahkan, terkadang kita turut menyebarkan informasi tersebut karena merasa informasi itu akan bermanfaat untuk orang-orang disekitar kita. Informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya inilah yang dinamakan hoaks. Mengapa kita bisa termakan hoaks?
Pada siaran langsung via Facebook saat acara Ramadan Guru Nusantara belum lama ini, Clara Novita Anggraini, Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Teknologi Sumbawa, menjelaskan bahwa seseorang mudah termakan hoaks dikarenakan beberapa hal, di antaranya:
- Informasi yang diterimanya berlimpah, apalagi mereka yang aktif di berbagai sosial media.
- Tidak menetapkan tujuan mengakses informasi sehingga mudah terbawa dengan arus informasi yang diterima.
- Tertarik dengan judul yang bombastis.
- Merasa informasi itu bermanfaat.
- Merasa orang lain membutuhkan informasi tersebut dan menyebarkannya.
Menurut Clara, hal tersebut tentu akan sangat merugikan jika pribadi kita terbiasa mengonsumsi berita hoaks dan menyebarkannya.
“Karena, akan berdampak pada kesehatan fisik dan mental diri dan juga orang-orang terdekat terutama keluarga,” ujarnya.
Lalu, bagaimana agar kita bisa terhindar dari hoaks? Berikut 4 tips dari Clara agar kita senantiasa terhindar dari hoaks:
- Tentukan tujuan mencari informasi
Hal ini akan membuat fokus dan tidak terpancing dengan informasi yang berlimpah. - Biasakan budaya literasi
Baca secara mendalam, tidak terpancing hanya dengan judul yang menarik, dan bergantung dengan orang atau media yang terpercaya. - Analisa terlebih dahulu
Coba telaah berbagai sumber, karateristik media yang mengeluarkan, baru mengambil kesimpulan. - Sadar akan tanggung jawab sosial
Setiap informasi yang kita sebarkan pastinya memberikan dampak sosial sehingga kita perlu berhati-hati.
“Orang tua senantiasa berbudaya literat agar anak juga memiliki budaya literat. Orang tua harus memahami tujuan berinformasi, menganalisa, dan sadar dampak sosial dari informasi yang disebarkannya,” ujar Clara, dilansir dari sekolahguruindonesia.net.
Editor: Agus Wahyudi